TNI Dirikan Tiga Tenda di Karangreja
PURBALINGGA- Warga Kutabawa Kecamatan Karangreja dikejutkan dengan
dua kali suara ledakan besar disertai asap hitam yang membumbung ke
udara dari puncak Gunung Slamet.
Dua ledakan besar ini terdengar dalam jangka waktu yang berselang hanya
10 menit. Dari informasi yang dihimpun Radarmas, suara ledakan itu
terjadi pukul 21.50 , dan pukul 21.58. Suara ledakan yang cukup besar
itu baru pertama kali terjadi sejak status Gunung Slamet ditetapkan
Waspada.
Kepala Desa Kutabawa Edi Suroso mengatakan, sejak sore Kutabawa diguyur
hujan lebat sampai pukul 19.30. “Nah, sekira pukul 21.50 saat cuaca
cerah, kami mendengar suara ledakan yang cukup besar,” kata dia. Edi
enambahkan kondisi yang cerah membuat asap hitam terlihat dari Dusun
Bambangan dan Kutabawa. Masyarakat yang sedang berjaga langsung turun ke
jalan melihat arah Gunung Slamet.
“Saya mau ngecek ke Pos di Bambangan bagaimana kondisinya, dan merundingkan kemungkinan lain,” imbuhnya, semalam.
Sementara dikomfirmasi Ketua BPBD Purbalingga Priyo Satmoko mengatakan,
warga dimintatetap tenang dan waspada. Pemantauan status Gunung slamet
dilakukan secara terus menerus.
Dia menghimbau masyarakat tidak mudah percaya terhadap informasi yang
tidak valid sumbernya. Jangan sampai situasi ini dimanfaatkan oleh orang
yang kurang bertanggungjawab.
Kamis (13/3), semburan abu dan asap masih mewarnai aktivitas Gunung
Slamet. Tercatat, selama 12 jam, yakni dari pukul 00.00-12.00 kemarin,
ada 9 kali letusan abu dan 33 kali hembusan asap. Letusan atau semburan
abu mencapai ketinggian 600- 1.000 meter dan hembusan asap mencapai
ketinggian 500- 1.000 meter.
Sedangkan kegempaan juga masih berlangsung hingga Kamis (13/3) siang
sebanyak satu kali gempa vulkanik dangkal dan 1 kali gempa vulkanik
dalam.
Kondisi itu terpantau melalui posko pemantauan desa Gambuhan kecamatan
Pulosari, Pemalang sejak pukul 00.00- 12.00 kemarin. Kemudian gempa
hembusan kemarin mencapai 97 kali kejadian.
Petugas pos Pemantauan Gambuhan, Sukedi menjelaskan, kondisi ini
berlangsung relatif dan tidak bisa dikatakan menurun maupun naik. Karena
tidak bisa diprediksi kapan status akan siaga ataupun kembali normal.
Itu ergantung aktivitas gunung.
“Yang jelas status masih waspada dan masyarakat diminta tidak resah dan
termakan isu- isu yang menyesatkan atas kondisi gunung Slamet. Gunakan
data dari pihak yang berkompeten dan valid seperti PVMBG Bandung maupun
kita di Gambuhan,” paparnya, Kamis (13.3) malam.
Masyarakat juga diminta tidak panik dan tetap mengacu pada himbauan
maupun arahan pihak resmi. Sementara pihaknya terus memperbaharui semua
perkembangan aktivitas Gunung Slamet secara realtime dan paling baru.
“Peralatan yang terpasang sangat membantu petugas pemantau di Gambuhan
untuk melakukan update data perkembangan gunung,” tambahnya.
Sukedi juga kembali menegaskan, enggan memberikan prediksi kondisi yang
akan terjadi selanjutnya jika gempa terus berlangsung. “Sesuai
pemantauan dan pengamatan saja, saya tidak berani memprediksi. Kita siap
memantau terus perkembangannya,” jelasnya.
Untuk gempa vulkanik dalam meski terjadi, namun belum berpengaruh
langsung sampai kaki gunung seperti di desa- desa atau wilayah terdekat
gunung Slamet. Beberapa pengaruh akibat letusan abu juga tidak sampai ke
Purbalingga maupun Banyumas.
Di bagian lain, terkait status terkini Gunung Slamet yang meletus
sebanyak sembilan kali dengan ketinggian letusan rata-rata 1.000 meter,
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Hendrasto,
mengatakan, sembilan letusan yang dihasilkan gunung tersebut dikenal
dengan nama letusan freatik.
Letusan freatik merupakan hasil interaksi antara magma dan air tanah
sehingga menimbulkan material abu vulkanis dan uap air. Menurut
Hendrasto, letusan yang dihasilkan sampai saat ini belum membahayakan
untuk warga di radius lebih dari 5 kilometer.
“Yang membahayakan radius 2 kilometer. Jadi, diimbau untuk tidak mendaki
Gunung Slamet dan beraktivitas,” kata Hendrasto, saat berada di Pos
Pengamatan Gunung Slamet di Desa Gambuhan, Pulosari, Pemalang, Jawa
Tengah.
Hendrasto menambahkan, selain letusan freatik, tercatat masih terjadi
sejumlah gempa terkait status waspada Gunung Slamet, antara lain gempa
embusan dan gempa vulkanis dalam. “Selama ada 97 gempa embusan, 1 gempa
vulkanis dalam dan 1 vulkanis dangkal, sejauh ini statusnya masih
waspada,” tambahnya.
Sementara mengantisipasi kemungkinan adanya pengungsi, puluhan TNI dari
Kodim 0702 Purbalingga menyiapkan pos evakuasi di Lapangan Karangreja,
Lapangan Mekar Jaya dan Lapangan Kecamatan Mrebet. Pendirian tenda
dilakukan untuk memastikan kesiapan antisipasi bencana.
Dandim 0702 Purbalingga Letkol Inf Agustinus Sinaga Melalui Peltu
Sutarman mengatakan, ada 3 tenda yang akan didirikan di Lapangan
Karangreja, masing-masing tenda memuat 30 orang.
Selain bentuk kesiapan evakuasi bencana. Rencananya, TNI, Pemmda dan
masyarakat juga akan melakukan simulasi bencana Gunung Slamet dalam
waktu dekat ini. Lapangan Karangreja nantinya akan dijadikan pos
pengungsian.
(Sumber : http://www.radarbanyumas.co.id/dua-ledakan-besar-dalam-10-menit/)