27 February 2014
BOBOTSARI-Harga
beras dan cabai di sejumlah pasar tradisional mengalami lonjakan. Hal
itu disebabkan musim paceklik yang masih terjadi. Para petani belum
memasuki panen. Selain itu, serangan hama juga terus mengancam tanaman
petani.
Berdasarkan pemantauan di Pasar
Bobotsari, harga beras sebelumnya berkisar antara Rp 8.200 per kilogram.
Kini, harga beras melonjak menjadi Rp 9 ribu per kilogramnya. “Harga
beras masih belum turun, apalagi saat sekarang, pasokan dari petani
berkurang. Di wilayah Purbalingga belum memasuki panen, sementara di
daerah lain dilanda bencana,” tutur Penjual Beras di Pasar Bobotsari
Tasirah (55).
Sedangkan komoditas cabai juga mengalami
kenaikan harga. Untuk cabai rawit merah yang sebelumnya Rp 18 ribu kini
menjadi Rp 35 ribu per kilogram. Cabai rawit hijau naik menjadi Rp 30
ribu dari sebelumnya Rp 20 ribu per kilogram dan cabai merah besar dari
sebelumnya Rp 25 ribu kini menjadi Rp 35 ribu per kilogram.
Pedagang di Pasar Karangmoncol Surtiah
(49) mengatakan, produksi cabai dari petani mengalami penurunan karena
ketidakpastian cuaca. ”Dengan naiknya harga cabai, maka konsumen juga
menurunkan jumlah pembelian. Biasanya mereka membeli 1 kilogram, kini
maksimal hanya 0,5 kg,” tuturnya.
Bukan hanya komoditas beras dan cabai
yang mengalami kenaikan. komoditas sayur juga mengalami kenaikan
berkiras Rp 300 sampai Rp 500 per kilogramnya. Kenaikan komoditas
kebutuhan ini, bukan hanya dikeluhkan para pedagang namun para pembeli.
Ketua Asosiasi Perberasan Banyumas (APB)
wilayah Purbalingga, Drs Mustangin mengatakan, kenaikan harga beras
medium diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Maret mendatang. Agar
harga beras turun, panen petani pada Maret mendatang harus mampu diserap
sebanyak-banyaknya oleh pemerintah melalui Bulog dan raskin disalurkan
dengan baik.
Sesuai data yang ada di APB, kebutuhan beras di kabupaten Purbalingga dalam sebulan mencapai 2.000 ton.
Mustangi merinci, hingga pekan ini harga beras di pasaran untuk medium premium Pandanwangi mencapai Rp 9.000 per kilogram. Sedangkan jenis IR 64 masih di 8.500- 8.700 di tingkat warung atau eceran. Disisi lain di tingkat penggilingan, medium IR 64 hanya Rp 8.200 per kilogram.
“Tanpa pengendalian dari pemerintah melalui raskin dan penyerapan di Bulog, harga beras itu tidak akan bisa turun . Penyebab dominan lain belum ada selain stok yang sudah kosong,” ujarnya.
Kondisi kenaikan semakin diyakini karena sampai Februari ini belum ada panen di Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara. Hal itu memicu kelangkaan dan harga atau beras naik karena mengambil dari luar daerah.
Sesuai data yang ada di APB, kebutuhan beras di kabupaten Purbalingga dalam sebulan mencapai 2.000 ton.
Mustangi merinci, hingga pekan ini harga beras di pasaran untuk medium premium Pandanwangi mencapai Rp 9.000 per kilogram. Sedangkan jenis IR 64 masih di 8.500- 8.700 di tingkat warung atau eceran. Disisi lain di tingkat penggilingan, medium IR 64 hanya Rp 8.200 per kilogram.
“Tanpa pengendalian dari pemerintah melalui raskin dan penyerapan di Bulog, harga beras itu tidak akan bisa turun . Penyebab dominan lain belum ada selain stok yang sudah kosong,” ujarnya.
Kondisi kenaikan semakin diyakini karena sampai Februari ini belum ada panen di Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara. Hal itu memicu kelangkaan dan harga atau beras naik karena mengambil dari luar daerah.